MAKALAH
TEORI BELAJAR

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah     : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu          : Sri Muniroh, M.Psi



STAIN new-1


Disusun Oleh:
MOCH. ABRORI
NIM. 232 108 074



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2011


TEORI BELAJAR

I.       PENDAHULUAN
Teori belajar sellau bertolak dari sudut pandang psikologi belajar tertentu. Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bermunculan pula berbagai teori belajar. Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar, maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang secara pesat.
Teori belajar secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran, meliputi: (a) Teori Belajar Behavioristic, (c) Teori Belajar Kognitif, (c) Teori Belajar Humanistic, (d) Teori Belajar Sibernetik. Keempat aliran teori belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Aliran kognitif menekankan pada proses belajar. Aliran humanistic menakankan pada “isi” atau apa yang dipelajari. Aliran sibernetik menekankan pada system informasi yang dipelajari. Kajian tentang keempat aliran tersebut akan diuraikan satu persatu pada makalah ini.

II.    PEMBAHASAN
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atau sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Dibawah ini akan dijelaskan teori-teori belajar:
A.     Teori Belajar Behavioristic
Psikologi behavioristic sering disebut dengan contemporary behaviorist atau S-R Psycologist. Menurut aliran ini, tingkah laku manusia dikendalukan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinsforcement) dari lingkungan. Para pendidik yang menganut pandangan belajar ini berpandangan bahwa tingkah laku pada anak-anak didik adalah merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar.

1.      Teori connectionism
Teori ini dipelopori oleh Thomdhike. Menurut Thumdike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respons (yang juga bias berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Teori ini disebut pula “trial and error learning.”[1]
Proses belajar menurut Thomdhike melalui proses:
Ø   Trial and error (Mencoba-coba dan mengalami kegagalan)
Ø   Law of effect (segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya).[2]
Dari penelitian yang dilakykan oleh Thomdike, ditemukan hokum-hukum belajar, yaitu:
Ø   Law of readiness (hokum kesiapan)
Ø   Law of exercise ( hokum latihan)
Ø   Law of effect (hokum efek)[3]
2.      Teori Conditioning)
a.       Teori Clasical Conditioning
Dapat dikatakan bahwa pelopor dari dteori conditioning ini adalah Pavlov. Teori ini dilatar belakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur. Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dari hasil percobaan Pavlov itu, dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan reflex itu dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan.
Reflex dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Ø   Refleks wajar (unconditional reflex), yaitu keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat.
Ø   Reflex bersyarat/ reflex yang dipelajari (conditional reflex), yaitu keluar air liur karena menerima/ bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suatu bunyi tertentu.
Sesudah Pavlov, banyak ahli psikologi lain mengadakan percobaan-percobaan dengan binatang, antara lain Guthrie, Skinner, Watson, dan lain-lain.[4]
b.      Teori Operant Conditioning
Tokoh utama dari teori ini adalah Skinner. Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga memeikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons. Akan tetapi, berbeda dengan kedua tokoh yang terdahulu itu, Skinner membuat rincian lebih jauh. Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu:
Ø      Responden Respons (reflex rensponse), yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu.
Ø      Operant response (instrumental response), yaitu respons yang ditimbulkan dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinfurring stimuli/ reinforce.
Dewasa ini teori Skinner sangat besar pengaruhnya, terutama di Amerika Serikat dan Negara-negara pengaruhnya. Di dalam dunia pendidikan, khususnyta dalam lapangan metodologi dan teknologi pengajaran, pengaruh ini sangat besar. Program-program inovatif dalam bidang pengajaran sebagian besar disusun berdasar atas teori Skinner tersebut.[5] Program pengajaran yang terkenal dari Skinner adalah Programmed instruction. Dengan menggunakan media buku atau mesin pengajaran. Pengembangan lebih lanjut dari pengajaran berprogram dari Skinner ini adalah Computer Assisted Instruction (CIA) atau pengajaran dengan menggunakan computer.[6]
c.       Teori Systematic Behavior
Pelopor dari teori adalah Clark C. Hull. Ia mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin. Bagi Hull, tingkah l;aku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull, kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive), seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri, dan sebagainya. Stimulus hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis ini, meskipun respons mungkin bermacam-macam bentuknya.
Teori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkian teorinya, ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis. Meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium.[7]

B.     Teori Kognitif
Menurut aliran ini tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Tetapi tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi menurut kaum kognifis bahwa tingkah laku seseorang lebih tergantung kepada insight hubungan-hubungan yang ada dalam suatu situasi.
1.  Teori Belajar cognitive-field (teori medan)
Teori belajar cognitive-field dikemukakan oleh Kurt Lewin. Menurutnya masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu beraksi disebut life spave (perwujudan lingkungan dimana individu beraksi). Menurut lewin, belajar merupakan akibat perubahan dari struktur kognitif yang merupakan hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi itu sendiri yang lainya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan yang penting pada motivasi dari reward.
2.  Teori belajar cognitive development dari Piaget.
Menurutnya, perkambangan struktur intelektual individu terbentuk akibat interaksi dengan lingkungan. Piaget memakai istilah scheme secara interchangeable dengan istilah struktur. Scheme berhubungan dengan:
-         Refleks-refleks pembawaan, missal: bernafas, makan, minum.
-         Scheme mental, yaitu scheme of classification (pola tingkah laku yang sukar diamati, missal: sikap), scheme of operation (pola tingkah laku yang dapat diamati)
Pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek, yaitu: structure, conten, dan fungction. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya berubah atau berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan rangkaian perkembangan.
3.  Teori belajar discovery learning.
Discovery Learning adalah belajar dengan cara murid mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajari dengan sutau bentuk akhir. Dalam pengajaran science ia mengemukakan bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya diberikan melalui cara-cara bermakna, dan mungkin meningkat ke arah  yang abstrak. Menurut Bruner tingkat kemajuan anak terdiri dari: tingkat representasi sensory (enactive) ke representasi konkret (iconic) dan akhirnya ke tingkat representasi yang abstrak (symbolic).[8]

C.     Teori Belajar Humanistik
Menurut psikologi humanistic, setipa individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para ahli pendidikan humanistic, penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya. Yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
Ada beberapa tokoh yang menonjol dalam aliran humanistic seperti: Combs, Maslov, dan Carl Rogers.
1.  Combs
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan yang beranggapan bahwa siswa mau belajar apabil mateirnya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidak menyatu pada materi, dengan demikian individulah yang memberikan arti pada materi itu sendiri. Sehingga yang penting adalah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi itu. Dan bagaimana siswa menghubungkan materi itu dengan kehidupanya.
2.  Maslov
Teori ini didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri ita ada dua hal:
a.       Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b.      Kekuatan untuk melawan berbagai perasaan takut. Tetapi, dengan ketakutanya itu mendorong untuk maju dan berkembang serta dapat menerima dirinya sendiri.
3.  Carl Rogers
Dalam bukunya freedom to learn, Rogers mengemukakan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic antara lain:
a.       Belajar mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami
b.      Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya
c.       Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar
d.      Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung ditolak.
e.       Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.[9]

D.    Teori Belajar Sibernetik
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting adalah system informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Ada beberapa tokoh yang berkecimpung di dalam teori ini, yaitu:
1) Landa
Menurut Landa, ada 2 macam proses berfikir:
a.       Algoritmik, proses berfikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu.
b.      Heuristic, cara berfikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus.
2) Pask dan Seott
Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan scott sama dengan pendekatan algoritenik. Namun, cara berfikir menyeluruh (wholist) berbeda dengan heuristic. Cara berfikir menyeluruh ialah berfikir yang cenderung melompat ke depan. Langsung ke gambaran lengkap sebuah system informasi.[10]

III. PENUTUP
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori belajar terdiri dari 4 teori, yaitu:
1)      Teori belajar behavioristic
2)      Teori belajar kognitif
3)      Teori belajar humanistic
4)      Teori belajar sibernetik
Masing-masing teori memiliki tokoh dengan karakmteristik yang berbeda-beda.

IV. DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rusdakarya
Soemanto, Waty. 1998. Psiokologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rusdakarya










[1] Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Orientasi baru dalam Psikologi Pembelajran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 7
[2] Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 99
[3] Drs. Wasti Soemanto, M.Pd., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 124
[4] Drs. M. Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 90-91
[5] Ibid., hlm. 95-97
[6] Prof. Dr. nana Syaodih Sukamadinata, Landasan Psiokologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 169
[7] Dr.Hamzah B.Uno, M.Pd. Op.Cit., hlm. 8
[8] Drs. Wasty Soemanto, M.Pd., Op.Cit., hlm. 127-135
[9] Ibid, hlm. 135-140
[10] Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. Op.Cit., hlm. 17-18

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIOGRAFI OF PADI

BEREMPATI ITU MUDAH, MENGHORMATI ITU INDAH

Proposal Kwirausahaan